Langsung ke konten utama

Keyakinan yang kau patahkan




Hari-hariku kini terasa bising, dipenuhi gema dari bayang-bayangmu yang terus mengikuti langkahku. Begitu halus caramu melepaskan aku, seakan kehadiranku hanyalah persinggahan singkat dalam hidupmu. Padahal sejak awal, kaulah yang menanamkan keyakinan bahwa kebahagiaan itu benar-benar ada—nyata, sederhana, dan mungkin untuk diraih. Namun keyakinan yang kaubangun dengan hati-hati, kauruntuhkan begitu saja, meninggalkan sepi yang tidak pernah kuminta.


Lalu kau memintaku menjauh, katanya hanya sementara, demi fokus pada pendidikanmu. Namun kenyataannya jauh lebih pahit—di balik alasan yang terdengar mulia itu, kau telah memilih perempuan lain untuk kauhibur ketidakpastianmu. Maka aku bertanya dalam diam, apakah ini yang kau sebut fokus? Jika benar demikian, untuk apa sejak awal kau memintaku percaya? Untuk apa menanam harapan yang tak pernah berniat kau jaga?


Sungguh ironis, saat aku menuntut perlakuan yang layak, kau hanya berkata bahwa kau berharap kejadian ini tidak menimpa perempuan yang kini membuatmu nyaman. Seolah luka yang kauberikan hanyalah catatan kecil yang tidak layak dibahas. Padahal, kau tidak pernah mengerti bahwa goresan-goresan yang kau sisakan sudah cukup membuat batinku roboh perlahan. Aku bukan sosok yang pandai menyembunyikan duka; dan tak ada ruang tersisa di dalam diriku untuk menampung semua sesaknya perlakuanmu.


Kata-kata manis yang dulu kau rangkai dengan begitu pandai kini berubah menjadi kepedihan yang sulit diredam. Kalimat yang dulu menenangkan kini menjadi pengingat getir tentang bagaimana janji bisa lewat begitu saja tanpa pernah dipertanggungjawabkan. Yang paling menyakitkan bukan karena ucapannya berubah, tetapi karena bagimu semuanya tampak seolah tak pernah memiliki arti.


Maka inilah balasanku—bukan dengan amarah yang membara, tetapi dengan ketegasan yang lahir dari jiwa yang telah belajar bahwa harga diri tidak pernah boleh dipertaruhkan. Aku memilih untuk tidak lagi mengejarmu, tidak lagi memintamu kembali, tidak lagi memeluk harapan yang tak pernah kau hargai. Aku membalasmu dengan kepergian yang tenang—tanpa drama, tanpa memohon, tanpa menoleh ke belakang. Kelak, ketika waktumu tiba untuk memahami arti ketulusan, kau akan mendapati bahwa kehilangan ini bukanlah milikku, melainkan milikmu.


Dan akhirnya, aku memilih untuk pasrah. Bukan karena kalah, tetapi karena ada saatnya hati berhenti memaksa sesuatu yang tak pernah ingin tinggal. Tidak semua yang pecah harus disatukan kembali; beberapa luka justru menuntunku menemukan kembali diriku yang sempat tersesat. Kini aku berjalan pelan, membawa sisa-sisa keberanian yang masih ada, merangkul ketenangan yang dulu sempat hilang. Aku pasrah, bukan karena cinta ini lenyap, melainkan karena aku mengerti bahwa melepaskanmu adalah cara paling anggun untuk tetap menjaga diriku tetap utuh.


Pada akhirnya, aku melangkah dengan hati yang pernah patah namun tetap memilih lembut; sebab dari semua robekan yang kaubuat, aku belajar bahwa ketegaran bukan soal bertahan, tetapi kemampuan untuk melepaskan sesuatu yang tak lagi memberi kedamaian. Dan kini, dengan langkah yang lebih tenang, aku kembali menjadi diriku sendiri—yang tidak meminta apa-apa, tidak menuntut siapa-siapa, hanya ingin bahagia tanpa menunggu siapa pun untuk menentukan nilainya.


EmGe;


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selamat untuk semua yang tidak terlihat

  Di antara detik-detik yang retak, aku berjalan perlahan, mendekap usia yang menggigil di antara sela jemari. Malam-malam bertambah panjang, dan aku belajar diam, belajar membaca bisu di antara denyut jantung sendiri. Menuju ulang tahun, bukan pesta yang kutuju, melainkan lorong-lorong batin yang berselimut bayang. Aku adalah kapal kecil, menyusuri samudra waktu yang tak pernah benar-benar ramah, mengangkut patah yang diam-diam bertumbuh menjadi aku. Setiap tahun menambahkan sesuatu: sedikit lebih banyak kenangan yang lupa dibereskan, sedikit lebih banyak kehilangan yang disimpan rapat, sedikit lebih banyak keberanian untuk mencintai diri yang tak sempurna. Akan ada lilin, mungkin, akan ada tawa yang jatuh di antara gelas-gelas kosong. Tapi yang paling riuh adalah hening di dalam dada, merayakan semua perih yang tetap memilih bertahan. Dan malam itu, dalam sepi paling jujur, aku akan berbisik kepada bayanganku sendiri: terima kasih, telah tetap hidup meski berkali-kali ingin menye...

Tanpa Syarat

Hai orang baik. Apa kabar? Aku minta maaf karena pernah melukaimu begitu dalam, Membuatmu tak lagi bertahan dengan kisah yang pernah kita mimpikan untuk berakhir bahagia. Sebenarnya, Masih banyak hal yang belum sempat kuucapkan padamu, namun kita terlanjur dipisahkan oleh keadaan. Orang baik, Terima kasih telah membalas dendam dengan cara menghilangkan jejakmu dari pandanganku. Aku tahu,  Kamu hanya ingin memulihkan hati dengan tidak menampakkan dirimu dihadapanku lagi, aku paham. Satu hal, Jika saja engkau sempat membaca ini, aku sedang tersenyum untukmu. Aku tidak akan mungkin memintamu untuk kembali lagi bersamaku, karena aku masih sangat-sangat sadar diri bagaimana aku pernah membuatmu jatuh sejatuh-jatuhnya dulu. Kamu baik-baik ya, Aku yakin dia yang saat ini mendampingimu adalah pribadi yang jauh lebih baik dariku, meskipun katamu tidak ada orang yang lebih baik dariku. - Agustus, 2021🕊️

Unknown

Teruntuk perempuan yang diperlakukan seperti ratu oleh orang terkasih, selamat kamu termasuk perempuan terpilih dan kamu beruntung.  Lihat lah sebagian perempuan diluar sana yang mati matian menahan sakit sebab ditinggal orang terkasih sebelum tanggal ini.  Lihat lah mereka yang tengah bergelut dengan fikiran dan hati, dan lihat lah dari juli kemarin banyaknya perempuan dipaksa keras untuk mengikhlaskan seseorang yang begitu berarti dalam hidupnya.  01 Agustus 2021,  selamat memperingati hari patah hati bagi yang kurang beruntung:') Pinrang, MG Catatanmarwah12.blogspot.com