Pelitnya bulan menyimpan cahayanya sendiri
Bekunya bumi dalam nestapa
Tegar terus menerjang diantara impian kelabu
Menyusun langkah nan jauh
Meninggalkan zona nyaman
Mengikuti jejak jawaban yang engkau taburkan
Sayatan pedang takkan membuat darahku jatuh
meski hanya sebesar titik tirta
Menemui sederet impian di sebarang
Ibu;
Impianku kini telah kutangguhkan
Bangunan kokoh yang dengan susah payah kubangun kini telah roboh
Saat sajak ini kugoreskan;
Aku tidak lagi ada disana
Aku tidak lagi mebersamai mereka
Aku tidak lagi bersua saat rehat tiba
Aku tidak lagi ada di kesibukan itu
Ayah;
Mentalku belum sekokoh bangunanmu
Disenggol sedikit ia roboh
Diasingkan sedikit ia pasti rapuh
Ibu;
Sabarku masih jauh beda denganmu
Perasaanku masih sekedar rasa tanpa melibatkan logika
Hatiku mudah hancur kala insan lain menaruh kebencian
Ibu..Ayah;
Percayalah, impianku tidak akan kutangguhkan lama
Aku hanya butuh waktu untuk menganalisa mentalku
Aku butuh butuh ketenangan
Jiwa dan ragaku begitu berat meninggalkan kokohnya bangunan itu
Perasaan dan logikaku pun turut menolak
Alasannya; Ada deretan insan yang pantas kusebut keluarga
Deretan insan yang sedari awal selalu melebarkan sayapnya untuk menuntunku;
Mereka pantas kusebut guru
Itu karena telah memberiku pelajaran dan pengalaman berharga..
Ibu..Ayah;
Anganmu selalu kuindahkan
Restumu selalu kudamba
Do'a mu selalu kusemogakan dalam mencapai Ridho-Nya
Karena bahagiamu adalah bahagiaku
♡Sederet sajak untuk impian yang sedang ditangguhkan♡
Komentar