Langsung ke konten utama

Pencetus Budaya Menunduk

Kehidupan dunia yang semakin modern. semua orang seakan berlomba untuk menikmati segala kecanggihan yang ada di era modern saat ini. Hal ini juga tak lepas dari canggihnya sebuah Teknologi Informasi (TI) yang menggiurkan masyarakat. Kini, informasi sangat mudah di peroleh bahkan di akses melalui berbagai media sosial. Berbicara mengenai Media Sosial, tentunya sudah tidak asing lagi utamanya bagi remaja-remaja masa kini. Berbagai kecangggihan yang di tawarkan melalui fitur-fitur pada media sosial. fakta yang ada menunjukkan bahwa Media Sosial atau yang biasa di singkat menjadi Medsos sangat berpengaruh terhadap kehidupan remaja saat ini. pengaruh tersebut bukan hanya hadir dalam kehidupan remaja, hampir semua kalangan sudah terpengaruh. mulai dari anak-anak hingga kalangan dewasa yang beranjak tua pun kini sudah ketergantungan terhadap media sosial. Kini, Media sosial adalah segalanya bagi sebagian masyarakat di Indonesia. Bahkan dengan media tersebut, telah mencetuskan budaya baru. budaya yang sudah sangat familiar dikalangan masyarakat. Hadirnya Budaya Menunduk seolah menjadi pembuktian bahwa media sosial adalah segalanya. Di mana-mana kita sering menjumpai segelintir orang yang sibuk sendiri, sibuk mengotak-atik android. Bulan lalu, saya pernah menghadiri acara resepsi pernikahan yang sangat jauh dari kota tempat tiggalku. di sana saya menemukan budaya yang selama ini saya temukan di kota. ternyata budaya menunduk itu telah menjalar ke pelosok desa yang jauh dari kota. Sebuah resepsi yang seharusnya menghadirkan suasana kekeluargaan kini berubah menjadi sebuah budaya yang aneh. hal ini sama sekali tak pernah terpikirkan olehku. Hampir setiap orang menunduk sambil memegang android. hal ini meminimaisir budaya 3 budaya S (Salam,Sapa dan Senyum). Bahkan saya bertanya dalam hati, Apakah ini media sosial ataukah Media Anti Sosoal ?? sebuah pertanyaan yang belum mampu ku jawab.  melihat kejadian tersebut, tentunya menghadirkan sedikit keresahan terhadap masa depan masyarakat Indonesia. oleh karena itu, di sela-sela waktu luang saya selalu memikirkan bagaimana mengembalikan kembali budaya 3 S yang berhasil di kalahkan oleh budaya menunduk?

 Makassar, 3 Mei 2017
* Marwah Gama *

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selamat untuk semua yang tidak terlihat

  Di antara detik-detik yang retak, aku berjalan perlahan, mendekap usia yang menggigil di antara sela jemari. Malam-malam bertambah panjang, dan aku belajar diam, belajar membaca bisu di antara denyut jantung sendiri. Menuju ulang tahun, bukan pesta yang kutuju, melainkan lorong-lorong batin yang berselimut bayang. Aku adalah kapal kecil, menyusuri samudra waktu yang tak pernah benar-benar ramah, mengangkut patah yang diam-diam bertumbuh menjadi aku. Setiap tahun menambahkan sesuatu: sedikit lebih banyak kenangan yang lupa dibereskan, sedikit lebih banyak kehilangan yang disimpan rapat, sedikit lebih banyak keberanian untuk mencintai diri yang tak sempurna. Akan ada lilin, mungkin, akan ada tawa yang jatuh di antara gelas-gelas kosong. Tapi yang paling riuh adalah hening di dalam dada, merayakan semua perih yang tetap memilih bertahan. Dan malam itu, dalam sepi paling jujur, aku akan berbisik kepada bayanganku sendiri: terima kasih, telah tetap hidup meski berkali-kali ingin menye...

Rapuhnya Sajak Impian

Pelitnya bulan menyimpan cahayanya sendiri Bekunya bumi dalam nestapa Tegar terus menerjang diantara impian kelabu Menyusun langkah nan jauh Meninggalkan zona nyaman Mengikuti jejak jawaban yang engkau taburkan Sayatan pedang takkan membuat darahku jatuh meski hanya sebesar titik tirta Menemui sederet impian di sebarang Ibu; Impianku kini telah kutangguhkan Bangunan kokoh yang dengan susah payah kubangun kini telah roboh Saat sajak ini kugoreskan; Aku tidak lagi ada disana Aku tidak lagi mebersamai mereka Aku tidak lagi bersua saat rehat tiba Aku tidak lagi ada di kesibukan itu Ayah; Mentalku belum sekokoh bangunanmu Disenggol sedikit ia roboh Diasingkan sedikit ia pasti rapuh Ibu; Sabarku masih jauh beda denganmu Perasaanku masih sekedar rasa tanpa melibatkan logika Hatiku mudah hancur kala insan lain menaruh kebencian Ibu..Ayah; Percayalah, impianku tidak akan kutangguhkan lama Aku hanya butuh waktu untuk menganalisa mentalku Aku butuh butuh kete...

Tanpa Syarat

Hai orang baik. Apa kabar? Aku minta maaf karena pernah melukaimu begitu dalam, Membuatmu tak lagi bertahan dengan kisah yang pernah kita mimpikan untuk berakhir bahagia. Sebenarnya, Masih banyak hal yang belum sempat kuucapkan padamu, namun kita terlanjur dipisahkan oleh keadaan. Orang baik, Terima kasih telah membalas dendam dengan cara menghilangkan jejakmu dari pandanganku. Aku tahu,  Kamu hanya ingin memulihkan hati dengan tidak menampakkan dirimu dihadapanku lagi, aku paham. Satu hal, Jika saja engkau sempat membaca ini, aku sedang tersenyum untukmu. Aku tidak akan mungkin memintamu untuk kembali lagi bersamaku, karena aku masih sangat-sangat sadar diri bagaimana aku pernah membuatmu jatuh sejatuh-jatuhnya dulu. Kamu baik-baik ya, Aku yakin dia yang saat ini mendampingimu adalah pribadi yang jauh lebih baik dariku, meskipun katamu tidak ada orang yang lebih baik dariku. - Agustus, 2021🕊️