Di tengah keheningan malam, seorang ibu yang berusia setengah abad duduk termenung ditemani secangkir seduhan kopi hangat dan sepotong pia beralaskan piring mungil. Seketika beliau menoleh ke samping kiri tepat pada sebuah gambar yang telah terbingkai indah dilengkapi kaca. Potret seorang gadis dengan alis tebal berkerudung merah muda lengkap dengan senyuman yang semakin memperjelas kedua lesung pipinya. Dalam tatapannya, beliau tiba-tiba saja meneteskan air mata sambil mengelus dada pertanda ada sebongkah rindu yang terpendam di hatinya. Betapa tidak, potret gadis itu adalah buah hati satu-satunya yang telah dibesarkannya seorang diri. Buah hati yang kini telah pergi meninggalkannya demi mengejar impian. Kepergiannya 2 tahun silam begitu berat untuk dilepaskan. Namun apalah daya, demi melihat putrinya sukses dan bahagia, dia rela melepaskannya. Sesekali seduhan kopi hangat yang tersaji di depannya di minumnya. Namun tetap saja matanya selalu tertuju pada potret gadis itu. S...