Langsung ke konten utama

Pulanglah Nak




Di tengah keheningan malam, seorang ibu yang berusia setengah abad duduk termenung ditemani secangkir seduhan kopi hangat dan sepotong pia beralaskan piring mungil. Seketika beliau menoleh ke samping kiri tepat pada sebuah gambar yang telah terbingkai indah dilengkapi kaca. Potret seorang gadis dengan alis tebal berkerudung merah muda lengkap dengan senyuman yang semakin memperjelas kedua lesung pipinya. Dalam tatapannya, beliau tiba-tiba saja meneteskan air mata sambil mengelus dada pertanda ada sebongkah rindu yang terpendam di hatinya. Betapa tidak, potret gadis itu adalah buah hati satu-satunya yang telah dibesarkannya seorang diri. Buah hati yang kini telah pergi meninggalkannya demi mengejar impian. Kepergiannya 2 tahun silam begitu berat untuk dilepaskan. Namun apalah daya, demi melihat putrinya sukses dan bahagia, dia rela melepaskannya.
Sesekali seduhan kopi hangat yang tersaji di depannya di minumnya. Namun tetap saja matanya selalu tertuju pada potret gadis itu. Sembari berkata secara perlahan "Nak, bagaimana kabarmu ? Masihkah wajahmu sama seperti potret ini? Kapan kamu pulang nak? Begitu banyak rindu yang tertampung disetiap harinya, begitu banyak kisah yang kulewati tanpamu. Ibu tahu nak, kamu begitu sibuk menata masa depanmu, cita-cita dan impianmu begitu besar. Tapi ingat nak, disini masih ada ibu yang sangat menanti kepulanganmu. Pulanglah nak, walau hanya sekejap".
Wajah gadis dalam potret tersebut memang belum pernah kembali sejak kepergiannya 2 tahun silam. Bahkan untuk sekedar memberi kabar melalui telepon pun itu sangat jarang dengan alasan kesibukan dalam kulian dan berbagai kesibukan lainnya. Mungkin saja gadis itu benar2 terseret dalam kesibukan sehingga dia tidak pernah sadar kalau ibunya sangat menanti kepulangannya. Hingga akhirnya, ibu tersebut beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju sebuah lemari. Beliau membukanya secara perlahan dan mengambil selembar kertas dan sebuah pena lalu kembali duduk sambil menuliskan secarik surat untuk putrinya.

*Teruntuk Putriku*
"Semoga kamu masih tetap dalam lindungan-Nya. Jauh sebelum surat ini kutuliskan, rindu telah hadir menghiasi dan menemani kesendirian ibu nak. Semoga kata rindu itu juga msih terlintas di benakmu dan masih tertuju untuk ibu. Nak, usia ibu sudah semakin banyak, itu artinya kematian akan semakin mendekati ibu. Ibu hanya ingin berjumpa, melihat wajahmu secara langsung. Karena jujur, ibu sudah bosan melihat potretmu, jenuh memandangmu dalam potret. Ibu tak habis pikir, kau begitu sibuk mengejat kesuksesan hingga akhirnya kau rela menelantarkanku dalam rindu.
Pulanglah nak, walau hanya sekejap !!
Pulanglah nak, hapuskan kejamnya rindu !!
Pulanglah nak, ada sebongkah rindu menantimu di balik pintu, ada kehangatan menantimu di pojok rumah.
Cinta, kasih dan sayangku selalu terpatri kokoh..
*Dariku, yang menanti kepulanganmu*


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sendu dalam Sembab

Ma lam telah menggugurkan senja yang begitu indah Padanya; ia hanya berkutip dalam tepian hampa Menyisakan perempuan sendu dalam titisan malang Yang tersisa.... Hanyalah tatapan kosong Perjalanan hampa yang tiada tara Langkahnya terseok seok meniti kebenaran hakiki Menuju pada keabadaian yang suci Padanya; Pilu selalu hadir Sekucur tubuhnya begitu dingin Sendunya; Dia perempuan kuat Berjuang melawan deritanya Berjuang menahan kesakitan kesakitan yang sungguh diluar nalar Karir dan segala masa depannya sedang ia rangkul dengan kerasnnya. Dia perempuan yang masih lemah... Tak ada lagi yang sanggup melihatnya bersedih Tak ada lagi yang ingin menjumpainya dalam kemalangan Tak ada lagi yang mengharapkan tetesan air matanya Emge; 21 .14  

Rapuhnya Sajak Impian

Pelitnya bulan menyimpan cahayanya sendiri Bekunya bumi dalam nestapa Tegar terus menerjang diantara impian kelabu Menyusun langkah nan jauh Meninggalkan zona nyaman Mengikuti jejak jawaban yang engkau taburkan Sayatan pedang takkan membuat darahku jatuh meski hanya sebesar titik tirta Menemui sederet impian di sebarang Ibu; Impianku kini telah kutangguhkan Bangunan kokoh yang dengan susah payah kubangun kini telah roboh Saat sajak ini kugoreskan; Aku tidak lagi ada disana Aku tidak lagi mebersamai mereka Aku tidak lagi bersua saat rehat tiba Aku tidak lagi ada di kesibukan itu Ayah; Mentalku belum sekokoh bangunanmu Disenggol sedikit ia roboh Diasingkan sedikit ia pasti rapuh Ibu; Sabarku masih jauh beda denganmu Perasaanku masih sekedar rasa tanpa melibatkan logika Hatiku mudah hancur kala insan lain menaruh kebencian Ibu..Ayah; Percayalah, impianku tidak akan kutangguhkan lama Aku hanya butuh waktu untuk menganalisa mentalku Aku butuh butuh kete...

Tanpa Syarat

Hai orang baik. Apa kabar? Aku minta maaf karena pernah melukaimu begitu dalam, Membuatmu tak lagi bertahan dengan kisah yang pernah kita mimpikan untuk berakhir bahagia. Sebenarnya, Masih banyak hal yang belum sempat kuucapkan padamu, namun kita terlanjur dipisahkan oleh keadaan. Orang baik, Terima kasih telah membalas dendam dengan cara menghilangkan jejakmu dari pandanganku. Aku tahu,  Kamu hanya ingin memulihkan hati dengan tidak menampakkan dirimu dihadapanku lagi, aku paham. Satu hal, Jika saja engkau sempat membaca ini, aku sedang tersenyum untukmu. Aku tidak akan mungkin memintamu untuk kembali lagi bersamaku, karena aku masih sangat-sangat sadar diri bagaimana aku pernah membuatmu jatuh sejatuh-jatuhnya dulu. Kamu baik-baik ya, Aku yakin dia yang saat ini mendampingimu adalah pribadi yang jauh lebih baik dariku, meskipun katamu tidak ada orang yang lebih baik dariku. - Agustus, 2021🕊️