Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Hari yang Munanti

Untuk: Nurhamzi Al-Hayat Detak detik jam kian mengejar sang waktu Terasa begitu mencekam Ia bagai pesawat jet yang cepat berlalu Mengangkut waktu silam Waktu bisa menjadi sahabat Waktu pula bisa menjadi musuh hebat Namun, selama kita mempersiapkan diri Dalam menghadapi segala kemungkinan Waktu akan berteman dengan kita Tetapi, ketika kita lalai Dan hanya berleha-leha Waktu akan menggilas kita Selamat ulang tahun untukmu, sahabatku Perjalanan waktu telah mengantarmu Menuju pada usia yang lebih dewasa Pandanglah masa depan dengan penuh bahagia Singkirkan segala hambatan yang menghalangi tujuan hidupmu, yakinlah cita-citamu akan tercapai dan semoga Tuhan selalu Ridho terhadap segala ikhtiarmu Sahabatku, hari ini adalah hari kelahiranmu Usiamu suda menjajaki angka dua puluh dua Harapanku... Lupakanlah segala kegalauan masa lalumu tataplah masa depan dengan gagah berani tangkap setiap peluang yang ada Tetaplah menjaga imanmu, patuhilah nasihat orang tu

BELANTARA PENANTIAN

Kita ada Kita bungkam Kita berbeda Kita silam Tersesat dikeheningan sepi Terseret dalam belantara asing Termenguh dalam lamunan mimpi Terjebak dalam penentian panjang Menyiksa ketenangan batin Menyasakkan kedamaian kalbu Menipu bahagia dalam kesesatan Menghempaskan jiwa ambigu Usai sudah penantian ini Usai sudah lelucon ini Usai sudah goresan kepedihan Usai sudah dekapan kehancuran Marwah Gama Samata, Mei 2018

DENTANG 28 APRIL

Oleh: Marwah Gama Mencerahkan keceriaan Menuang keihklasan Menimbun kebencian Membendung kesedihan Dentang lonceng malam telah tiba Sang waktu telah berlari menemui tanggal kelahiran Mengiringi pertambahan usia Hingga lajunya tak mampu kukendalikan Hari ini kembali kukenang dengan sejuta harapan Hari dimana orang tuaku tertawa sekaligus terharu Hari dimana tangisku memecah kesunyian Hari ini telah kutuju satu puncak tangga yang baru Waktu alam terus menari dalam simfoninya Usia telah didikte oleh-Nya Setiap detiknya memakukan kita Berada dipersimpangan jalan Tuhan atau jalan setan Helai-helai yang memudar putih Menyurukkanku pada lampu-lampu tengik Yang kalian ubah menjadi indah Dalam bayang jajaran lilin yang tak mampu kuhitung Mengulang tahun kelahiran Menapaki angka dua puluh dua Menjajaki segala kedamaian Menyuarakan kebahagiaan yang berseru Menjawab segala tantangan Membuka lembaran baru Menaganalisa segala kenyataan Untuk sisa jatah usiaku ya

Berdamailah Keadaan

Kecewa.. Marah... Sedih... Untuk apa? Kau gantung harapan setinggi-tingginya Kau kejar kemewahan dunia Kau tampak sibuk dandani sandiwara Lalu, kau ini siapa? Ketika realitas jauh dari ekspektasi Ketika mimpi gagal kau cerna Ketika semangat sejenak terhenti Lalu, kau mau apa? Kau tetap saja melangkah Kau tempuh segala cara Kau kantongi kebenaran salah Lalu, kau ini bagaimana? Jatuh.. Rapuh.. Itu sudah biasa! Bangkit melangkah dalam kebenaran Kendalikan dirimu dalam kesabaran Lawan kegagalan dengan ikhlas Keberhasilan sejati adalah proses yang berkualitas Lalu, kau masih saja terjebak! Hiduplah dengan kesyukuran Berproseslah dalam kedamaian Lalu, kau temukan ketenangan Samata-Gowa, Maret 2018 Marwah Gama

Program Latihan Kerja

                   Tidak terasa hari ini sudah memasuki hari ke-4 kami dalam menjalani proses latihan kerja (magang) di PT Palu Batu Madu yang bergerak dalam industri pertambangan. Hari ini kami berangkat lebih awal dari biasanya, hal ini dikarenakan cuaca yang kurang bersahabat dengan kami. Perjalanan kami diawali dengan tetesan hujan rintik, namun hal tersebut sama sekali tak mengurangi semangat dalam diri kami. Sama seperti hari-hari yang telah berlalu, hari ini kami menempuh perjalanan selama kurang lebih 30 menit. Hujan rintik yang tetap menjatuhkan tetesannya menjadikan kami harus berhati-hati dalam melewati jalan terjal yang berliku. Tikungan tajam merupakan hal baru bagi kami, olehnya itu kami berkendara dengan begitu pelan.             Diperjalanan, kami selalu disuguhi oleh ciptaan Tuhan yang maha Esa. Keindahan alam disekitar seperti pegunungan dan laut seolah bersatu membentuk keindahan syahdu menyaksikan kami berlalu lalang. Rasa kagumku seolah tak pernah ber

MENEMUKAN IMPIAN MELALUI PENGORBANAN

Terlahir ditengah keluarga yang hidup dalam serba kecukupan menjadikanku harus berpikir lebih mandiri dan semaksimal mungkin mampu meringankan beban yang dipikul oleh kedua orang tuaku. Sebagai anak sulung dari tiga bersaudara yang semuanya adalah perempuan, seharusnya aku bisa menjadi panutan bagi kedua adikku yang saat ini juga masih dalam proses menempuh jenjang pendidikan dibidang dan tempat yang berbeda. Hal tersebut menjadi salah satu alasan utama bagi ayahku yang kesehariannya dihabiskan dengan bertani padi di sawah. Sebagai ayah yang sangat bertanggung jawab dan mengerti akan peran dan tugasnya, beliau begitu giat membanting tulang demi kelangsungan hidup aku, ibu dan kedua adik perempuanku. Begitupun dengan ibuku, beliau merupakan sosok perempuan tangguh yang dengan sabarnya merawat dan mengasuh kami dengan penuh cinta dan kasih sayang.             Masih ada kenangan semasa kecilku yang masih tersimpan rapi di memori ingatanku. Saat itu, aku masih berusia 5 tahun dan

Negeriku Dalam Tanya

Warna warni bendera kian menusuk mata Hasrat kuasa tersembunyi dirongga kata Percintaan membuncah dibalik bilik suara Lima tahunan arak-arakan, demokrasi berpesta pora Dan aku bertnya, Negeriku milik siapa? Panitia perhelatan melipat suara Para pengusung sibuk dandani mereka dengan balutan baja Lain panggung lain topeng, lengkaplah sudah sandiwara mereka Dan aku melepas tanya, Negeriku mau kemana? Para rakyat telah lupa akan semua janji Mereka hanyut dalam perselisihan yang menyayat hati Terpecah belah dalam pesta demokrasi Hingga akhirnya mereka pulang tangisi isi periuk nasi Yang selama bertahun tahun dikoruspi Seolah mereka bukan pemilik Negeri Dan aku kembali bertanya, siapa penikmat Negeri ini? Ketik lautan tak lagi memberi gizi Hutan tak lagi menorehkan nutrisi Gunung-gunung melahar luka Sawah dan ladang berpindah nama Hingga akhirnya aku kembali bertanya, Negeriku punya apa? Samata-Gowa, Januari 2018 Marwah Gama

SEDERET JERITAN DI RUANG BACA

Tuan.. Tidur panjang kami kian terlelap Menikmati sepi dan sunyinya ruang baca Saat segelintir insan tak lagi menoleh Saat sebagian insan dicandu instan Tuan... Dulu kami, Menjadi jendela ilmu Menjadi pengisi waktu  saat menepi di sudut ruang baca Menjadi referensi utamamu dalam menuntut ilmu Kamilah yang setia menemanimu kala tugas numpuk Tuan.. Bangunkan kami dari tidur panjang ini Jangan biarkan kami menikmati lelapnya sepi Kami bosan berjejeran rapi dalam rak baca itu Tidur bersama kejamnya debu pagi Tuan... Ada ribuan jeritan memecah sunyinya ruang baca itu Seolah nyawa kami telah di renggut oleh perkembangan zaman Menepi di sudut rak bersama debu Terpenjara dalam susunan yang entah sampai kapan terbaca Samata-Gowa, 24 Oktober 2017 Marwah Gama Ditulis dan dikarang oleh : Marwah Gama.. Penulis lepas artikel sekaligus perangkai sajak.