Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

Be Your Self;

Masihkah kau mendamba sebuah kebahagiaan hakiki? Tentu; Dambaan semua hamba Incaran semua insan Hasrat tuk menuai impian Demi menyongsong hari esok Lantas? Sadarkah wahai si pembunuh impian Telah meredupkan cahaya yang giatnya menyinari Lalu? Sadismu bangga; Pun ia telah mengakar dalam raga Hingga damai dengan diri sendiri butuh penguatan Tertawalah; Makilah sepuasmu; Sang Rabbi tak pernah tidur Kelak _judge_ mu adalah binasamu Untukmu sang pemimpi; Tetaplah tanjakkan impianmu Jajarkan sesuai porsinya Jalankan senada dengan do'a Hingga jerih payahmu mampu menemui titiknya Kebahagiaan hakiki adalah realitas impian yang disertai Ridho-Nya Pinrang, 14 April 2020 19.33

Be Slow;

Kecewa.. Marah... Sedih... Untuk apa? Kau gantung harapan setinggi-tingginya Kau kejar kemewahan dunia Kau tampak sibuk dandani sandiwara Lalu, kau ini siapa? Ketika realitas jauh dari ekspektasi Ketika mimpi gagal kau cerna Ketika semangat sejenak terhenti Lalu, kau mau apa? Kau tetap saja melangkah Kau tempuh segala cara Kau kantongi kebenaran salah Lalu, kau ini bagaimana? Jatuh.. Rapuh.. Itu sudah biasa! Bangkit melangkah dalam kebenaran Kendalikan dirimu dalam kesabaran Lawan kegagalan dengan ikhlas Keberhasilan sejati adalah proses yang berkualitas Lalu, kau masih saja terjebak! Hiduplah dengan kesyukuran Berproseslah dalam kedamaian Lalu, kau temukan ketenangan

Rapuhnya Sajak Impian

Pelitnya bulan menyimpan cahayanya sendiri Bekunya bumi dalam nestapa Tegar terus menerjang diantara impian kelabu Menyusun langkah nan jauh Meninggalkan zona nyaman Mengikuti jejak jawaban yang engkau taburkan Sayatan pedang takkan membuat darahku jatuh meski hanya sebesar titik tirta Menemui sederet impian di sebarang Ibu; Impianku kini telah kutangguhkan Bangunan kokoh yang dengan susah payah kubangun kini telah roboh Saat sajak ini kugoreskan; Aku tidak lagi ada disana Aku tidak lagi mebersamai mereka Aku tidak lagi bersua saat rehat tiba Aku tidak lagi ada di kesibukan itu Ayah; Mentalku belum sekokoh bangunanmu Disenggol sedikit ia roboh Diasingkan sedikit ia pasti rapuh Ibu; Sabarku masih jauh beda denganmu Perasaanku masih sekedar rasa tanpa melibatkan logika Hatiku mudah hancur kala insan lain menaruh kebencian Ibu..Ayah; Percayalah, impianku tidak akan kutangguhkan lama Aku hanya butuh waktu untuk menganalisa mentalku Aku butuh butuh kete

Mahkota Hati dalam Kesendirian

Senyuman; Tersembunyi deraian air mata Penahan suara teriakan jiwa Menyisakan kepiluan yang tak terungkap Wajah palsu penghias kehidupan Hempasan perasaan yang tak lagi dihargai Tawaran sejuta pesona indah dalam kehidupan Menyisakan sederet harap Yang merasa dekat belum tentu tau segalanya Hanya sebatas prolog sebuah novel Tanpa tau kandungan dan makna cerita didalamnya Biarlah mereka menelisiknya dipermukaan Tak perlu menyelam hingga ke dasar lautan Mahkota hati dalam kesendirian Pada akhirnya, semua hanyalah perjalanan sementara Bergantung pada tujuan diri Hingga menemui keabadian di Jannah-Nya Makassar, 13 Februari 2020 11:11 AM

Sajak Perpisahan

Puing dedaunan yang berserakan Membeku dalam lamunan nan jauh ke sukma Menebar harum disetiap makna Mengarungi arti dari sebuah perjumpaan Mencoba untuk bangkit dan terus melangkah Terbalut dalam butiran do’a Berhenti dalam goresan perih Berawal dari sebuah titik Hingga berakhir dalam garis yang berlalu lalang Lajur kehidupan adalah takdir untuk berputar Begitupula dengan alur cerita sebuah perjumpaan Setelah sekian lama bersemayam di bukit suka Hingga akhirnya jatuh di lembah duka Tertatih; Dalam lamunan pedih Layaknya mentari yang selalu menyinari Aku masih terus berpikir Sebuah perjumpaan singkat untuk pepisahan yang tiada tara Siapkah daku? Tersadar; Tak perlu terlukadalam nestapa Bahagiaku akan tetap manja Manakala perpisahan tetap menggelegar di telinga Ku tetap tersenyum walau dalam paksaan Ingat; Tanahmu dan tanahku kini berbeda Bahkan rapalan rindu tak mampu membendung Hanya harap  yang berakhir sia-sia

Pecundang Kepalsuan

Ia masih ada.. Seketika hilang arah Tatkala bertapa dalam jejak sumbang Jiwa dan raga pun turut bimbang Siapa daku; Menapaki bumi tanpa tandas Berjalan terseok-seok dalam duka lara Terenyuh sendu seolah menanti iba Merintih pilu Siapa daku; Menapaki dunia fana dengan sederet kesibukan Merasionalkan segala cara demi menghindar perintah-Nya Iming-iming dunia menjeratku dalam kegaduhan Bahagia? Yah, aku bahagia Tapi bukan kebahagiaan hakiki seperti ini yang kudamba Aku benar-benar hina Larut dalam simfoni lirih Terjerat dalam kegaduhan semu Terkuak dalam binar-binar kepalsuan Aku; Kembali merintih sendu Meniti jalan lurus menuju Ridho-Nnya Sebelum Sang Khaliq memanggilku Sebelum tubuhku terbujur kaku "Kata yang rintih" Makassar, 06 Februari 2020; 10:56 AM

Sajak Sendu di Februari

Sabtu malam diawal februari... Langit tetap sama Masih setia menemani Menyimpan sederet asa disetiap musim Air tetap mengalir sejernih januari Menuju muara pemberhentiannya Menerima segala takdir Semesta turut berdo'a Menghapus segala duka lara Mengekal setiap nama yang terselip dalam semoga Nyatanya; Suara gitar tanpa senar menembus sunyi Gerimis seolah hadir membersamai sendu Menuntunku dalam lirih pilu Kau selalu bijak menolak tanpa mencoba Mendung membendung disudut mata Tak ada lagu sendu merdu yang kau ciptakan Percuma; Asa yang dulunya tertata rapi di Januari Asa yang dengannya dibangun kokoh Asa yang selalu tersemogakan Kini perlahan sirna Menemui sendu kelam di Februari Makassar, 1 Februari 2020 19:52