Senyuman; |
Tersembunyi deraian air mata |
Penahan suara teriakan jiwa |
Menyisakan kepiluan yang tak terungkap |
Wajah palsu penghias kehidupan |
Hempasan perasaan yang tak lagi dihargai |
Tawaran sejuta pesona indah dalam kehidupan |
Menyisakan sederet harap |
Yang merasa dekat belum tentu tau segalanya |
Hanya sebatas prolog sebuah novel |
Tanpa tau kandungan dan makna cerita didalamnya |
Biarlah mereka menelisiknya dipermukaan |
Tak perlu menyelam hingga ke dasar lautan |
Mahkota hati dalam kesendirian |
Pada akhirnya, semua hanyalah perjalanan sementara |
Bergantung pada tujuan diri |
Hingga menemui keabadian di Jannah-Nya Makassar, 13 Februari 2020 11:11 AM |
Di antara detik-detik yang retak, aku berjalan perlahan, mendekap usia yang menggigil di antara sela jemari. Malam-malam bertambah panjang, dan aku belajar diam, belajar membaca bisu di antara denyut jantung sendiri. Menuju ulang tahun, bukan pesta yang kutuju, melainkan lorong-lorong batin yang berselimut bayang. Aku adalah kapal kecil, menyusuri samudra waktu yang tak pernah benar-benar ramah, mengangkut patah yang diam-diam bertumbuh menjadi aku. Setiap tahun menambahkan sesuatu: sedikit lebih banyak kenangan yang lupa dibereskan, sedikit lebih banyak kehilangan yang disimpan rapat, sedikit lebih banyak keberanian untuk mencintai diri yang tak sempurna. Akan ada lilin, mungkin, akan ada tawa yang jatuh di antara gelas-gelas kosong. Tapi yang paling riuh adalah hening di dalam dada, merayakan semua perih yang tetap memilih bertahan. Dan malam itu, dalam sepi paling jujur, aku akan berbisik kepada bayanganku sendiri: terima kasih, telah tetap hidup meski berkali-kali ingin menye...
Komentar