Puing dedaunan yang berserakan
Membeku dalam lamunan nan jauh ke sukma
Menebar harum disetiap makna
Mengarungi arti dari sebuah perjumpaan
Mencoba untuk bangkit dan terus melangkah
Terbalut dalam butiran do’a
Berhenti dalam goresan perih
Berawal dari sebuah titik
Hingga berakhir dalam garis yang berlalu lalang
Lajur kehidupan adalah takdir untuk berputar
Begitupula dengan alur cerita sebuah perjumpaan
Setelah sekian lama bersemayam di bukit suka
Hingga akhirnya jatuh di lembah duka
Tertatih;
Dalam lamunan pedih
Layaknya mentari yang selalu menyinari
Aku masih terus berpikir
Sebuah perjumpaan singkat untuk pepisahan yang tiada tara
Siapkah daku?
Tersadar;
Tak perlu terlukadalam nestapa
Bahagiaku akan tetap manja
Manakala perpisahan tetap menggelegar di telinga
Ku tetap tersenyum walau dalam paksaan
Ingat;
Tanahmu dan tanahku kini berbeda
Bahkan rapalan rindu tak mampu membendung
Hanya harap yang berakhir sia-sia
Untukmu;
menggelegarkan gendang begitu keras
Berjanji untuk selalu membersamai disetiap waktu
Nyatanya...
Senyum lebarmu menjadi penenang kala kau tinggalkan daku
Apalah dayaku;
"Hei, kamu kuat tanpa dia"
Kataku dengan penuh lirih dalam deraian air mata
Dada terasa sesak
menggelegarkan gendang begitu keras
Berjanji untuk selalu membersamai disetiap waktu
Nyatanya...
Senyum lebarmu menjadi penenang kala kau tinggalkan daku
Apalah dayaku;
"Hei, kamu kuat tanpa dia"
Kataku dengan penuh lirih dalam deraian air mata
Dada terasa sesak
Selamat tinggal…
Terima kasih untuk kisahnya
Terima kasih untuk kehangatanmu
Aku akan menyimpannya disudut ruang kalbu
“Sepenggal kata yang tertinggal”
Nurhamzi Al-Hayat & Marwah Gama
Nurhamzi Al-Hayat & Marwah Gama
Makassar, 11 Februari 2020
11:27 AM
Komentar