MENYATUKAN PERBEDAAN UNTUK MENCIPTAKAN KEDAMAIAN
OLEH :
MARWAH GAMA
(90400115033)
*AKUNTANSI A*
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKSSAR
SANTRI AGEN PERDAMAIAN
MEMBINA MULTIKULTURALISME SUKU, AGAMA, RAS DI INDONESIA
MENYATUKAN PERBEDAAN UNTUK MENCIPTAKAN KEDAMAIAN
Perubahan masyarakat di Indonesia yang semakin cepat mampu menjadi pusat perhatian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Permasalahan kebangsaan dan kenegaraan di Indonesia menjadi semakin kompleks dan rumit. Hal ini di karenakan maraknya tuntutan rakyat yang secara objektif mengalami suatu kehidupan yang jauh dari kesejahteraan dan keadilan sosial. Situasi dan kondisi masyarakat kita dewasa ini, menghadapkan kita pada suatu keprihatinan dan sekaligus juga mengundang kita untuk ikut bertanggung jawab atas mozaik Indonesia yang retak, bukan sebagai ukiran yang terukir seindah-indahnya melainkan membelah dan membuka secara perlahan-lahan jahitan busana tanah air, tercabik-cabik dalam kerusakan bahkan sedikit ternodai oleh angkuhnya sebuah peradaban sehingga keindahan yang dilukiskan perlahan-lahan menghilang. Berangkat dari untaian kata tersebut, kini kita dihadapkan oleh masalah besar, yaitu sebuah krisis identitas. Sebuah identitas yang seharusnya menunjukkan ciri khas dan jati diri bangsa kita sebagai suatu kebudayaan Nasional yang mengacu pada Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara. Bhinneka Tunggal ika yang berarti bahwa Berbeda – beda tapi kita tetap satu, satu tujuan yaitu mengarah kedepan demi tercapainya sebuah kesejahteraan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Budi pekerti, sopan santun,kerukuan.toleransi dan solidaritas sosial yang halus kini telah hilang dihanyutakan oleh derasnya arus modernisasi dan globalisasi yang penuh paradoks. Krisis multikultularisme yang sedang melanda masyarakat kita seharusnya mampu menyadarkan kita semua bahwa betapa pentingnya kita memiliki rasa toleransi yang besar dan saling menghargai sebuah perbedaan. Dalam hal ini, seolah – olah mata dan telinga serta hati kita ditutup. Kita hanya berjalan lurus, tanpa memperhatikan sebuah kejadian di sekeliling kita. Dimana generasi penerus bangsa Indonesia ? Apakah kita hanya berperan sebagai penonton ? penonton tanpa kritikan dan hanya mengikuti alurnya saja. Setidaknya, bersatulah untuk mengembalikan identitas bangsa kita. Sebuah identitas alamiah yang ada sejak lahir. Damai dalam setiap perbedaan adalah tujuan terbesar yang harus dicapai sebagai generasi penerus bangsa dalam menjadi sebuah agen dalam perubahan.
Di Indonesia terdapat banyak sekali suku bangsa (kelompok etnis) yaitu 1.300 lebih. Suku bangsa adalah sebuah golongan sosial yang ada sejak lahir dan coraknya sama dengan umur dan jenis kelamin. Suku bangsa juga merupakan kumpulan kerabat (keluarga) yang cukup luas. Mereka percaya bahwa mereka berasal dari keturunan yang sama. Mereka juga merasa sebagai satu golongan. Dalam kehidupan sehari – hari mereka mempunyai bahasa dan adat istiadat tersendiri yang berasal dari nenek moyang mereka. Dalam buku Pancasila dan Kewarganegaraan ada dua teori yang menyatakan bahwa penduduk Indonesia berasal dari darata Cina Selatan, provinsi Yunan sekarang, ada juga teori Nusantara. Menurut teori pertama, suku Yunan datang ke Indonesia secara bergelombang. Yaitu ada dua gelombang yang terpenting. Gelombang pertama terjadi sekitar 3000 tahun yang lalu. Mereka dikenal sebagai rumpun bahasa proto melayu yang tersebar dari Madagaskar hingga pasifik Timur. Mereka bermukim didaerah pantai. Termasuk dalam bangsa melayu tua adalah suku bangsa Batak di Sumatera, Dayak di Kalimantan dan Toraja di Sulawesi. Gelombang kedua terjadi sekitar 2000 tahun yang lalu yang disebut dengan Deutero Melayu (Penduduk Melayu Muda) yang termasuk didalamnya dalah suku bangsa Jawa, Minangkabau, Bali, Makassar, Bugis dan Sunda. Keragaman suku bangsa di Indonesia disebabkan olah perbedaan ras asal, perbedaan lingkungan geografis, perbedaan latar belakang sejarah, perkembangan daerah, perbedaan agama atau kepercayaan kemampuan adaptasi atau menyesuaikan diri.
Dikatakan bahwa perbedaan ras asal adalah salah satu pemicu beragamnya suku bangsa di Indonesia. Ras adalah segolongan manuasia yang memiliki ciri fisik yang sama karena diturunkan, akan tetapi sifat rohaninya tidak diperhitungkan. Ras cenderung terhadap Fisik artinya ciri fisik menentukan ras dari manusia. Hal ini dikarenakan bahwa negara Indonesia adalah sebuah satu kesatuan yang masyarakatnya majemuk dan memiliki kelompok ras yang berbeda. Terdapat beberapa jenis kelompok ras yaitu kelompok ras Papua, kelompok ras negroid, kelompok ras weddoid dan kelompok ras melayu. Selain itu ada pula kelompok warga keturunan Cina (Ras Mongoloid), warga keturunan Arab, Pakistan, India dan sebagainya. Mereka hidup berdampingan dan membaur serta melebur jadi satu menjadi warga negara Indonesia
Agama juga menjadi salah satu pemicu identitas nasional dan menjadi salah satu keragaman bangsa Indonesia. Hubungan antar keagamaan di Indonesia memiliki kontribusi besar bagi terbentuknya identitas keindonesiaan warga negara. Dalam sejarah, Indonesia banyak sekali agama-agama dan kepercayaan yang muncul dan berkembang. Namun, setelah Indonesia merdeka, yakni sejak Pancasila dan UUD 1945 menjadi Dasar Negara, maka fenomena perkembangan agama dan kepercayaan mulai ditata dan mendapatkan perhatian khusu dari pemerintah sehingga lebih menjamin kebebasan yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 Melalui pengesahan, UU no. 1/PNPS/1965 tersebut, maka sejak itu agama yang dipeluk oleh warga negara Indonesia menjadi 5 Agama yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha.
Suku Bangsa, Agama dan Ras di Indonesia memang beragam. Itulah sebanya kita berbeda – beda tapi memiliki satu tujuan. Namun, melihat keadaan saat ini seakan-akan semboyan itu perlahan menghilang. Bahkan terkadang perbedaan suku bangsa, agama maupun ras seolah-olah menjadi pemicu timbulnya perpecahan. Tidak dipungkiri, bahwa perbedaan ras dan agama memperlebar jurang permusuhan antar bangsa. Perbedaan suku dan ras ditambah dengan perbedaan agama menjadi penyebab lebih kuat munculnya perpecahan antar kelompok dalam kehidupan bermasyarakat. Contoh di wilayah Indonesia, yaitu antara suku Aceh dan suku Batak di Sumatera Utara. Suku Aceh yang beragama Islam dan suku Batak yang beragam Kristen, kedua suku itu hampir selalu hidup dalam ketegangan bahkan sering terjadi konflik fisik yang merugikan ketentraman dan keamanan.
Melihat beberapa konflik yang terjadi sudah seharusnya kita sebagai generasi penerus bangsa sekaligus agen dalam perdamaian menyadari bahwa dalam sebuah perbedaan marilah kita tumbuh kembangkangkan budaya saling menghargai dan memiliki rasa toleransi yang besar. Karena pluralisme bukanlah sebuah pemicu terjadinya konflik , tapi justru sebaliknya menjadi perekat dan pemersatu bangsa Indonesia. Bukan hanya itu, dengan menyatukan sebuah perbedaan maka ciri khas dan jati diri bangsa sebagai identitas alamiah akan kembali kedalam konteksnya. Menyatukan sebuah perbedaan memang tidak semudah memabalikkan telapak tangan. Apalagi hal ini menyangkut kehidupan secara umum yaitu kehidupan berbangsa dan bernegara. Tapi saya yakin, ketika kita memiliki rasa cinta tanah air yang besar dan keyakinan disertai dengan realisasi hal itu pasti akan tercapai. Semua butuh proses, cepat atau lambat .ketika suatu bangsa sedang mengalami krisis identitas, maka harus ada upaya sistematis dan konprehensif dari pemerintah (struktural) dengan memperkuat jati diri bangsa melalui pendidikan yang berkarakter yang mengarah pada terbentuknya pembangunan nasional yang mantap serta dapat megakar dalam keseharian hidup warga negara.
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah sebuah Negara yang kaya akan keragaman suku, budaya, agama dan ras. Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup serta bhineka tunggal ika merupakan sebuah acuan untuk mengembangkan penataan kehidupan bangsa Indonesia. Pada dasarnya, memang masyarakat indonesia tumbuh dan berkembang dalam berbagai perbedaan yang ada. Namun, bangsa Indonesia adalah bangsa yang satu. Salah satunya adalah perbedaan suku yang memiliki bahasa yang beragam. Namun, dengan bahasa yang satu yaitu bahasa Indonesia adalah sebuah kebudayaan nasional yang menjadi jembatan atas perbedaan suku. Oleh karena itu, budayakan bahasa Indonesia. Demi tercapainya kesejahteraan yang kekal abadi.
DATA DIRI PENULIS
Nama saya adalah Marwah Gama.Saya lahir di sebuah kabupaten kecil yang berada di Provinsi Sulawesi Selatan tepatnya di kabupaten Pinrang pada tanggal 28 April 1997. Saya lahir dari keluarga yang sederhana namun memiliki kebahagiaan yang luar biasa. Ayah saya bernama LaGama dan ibu saya bernama Syamsia. Saya adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Saat ini saya sedang menempuh kuliah di UIN Alauddin Makassar jurusan Akuntansi semester 3. Menulis adalah hobi utamaku. Organisasi yang pernah saya geluti adalah Komunitas Siswa Akuntansi (KOMISI) dan saat ini pula saya aktif dalam sebuah Forum Kajian Ekonomi Islam (FORKEIS).
marwahgama455@gmail.com
OLEH :
MARWAH GAMA
(90400115033)
*AKUNTANSI A*
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKSSAR
SANTRI AGEN PERDAMAIAN
MEMBINA MULTIKULTURALISME SUKU, AGAMA, RAS DI INDONESIA
MENYATUKAN PERBEDAAN UNTUK MENCIPTAKAN KEDAMAIAN
Perubahan masyarakat di Indonesia yang semakin cepat mampu menjadi pusat perhatian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Permasalahan kebangsaan dan kenegaraan di Indonesia menjadi semakin kompleks dan rumit. Hal ini di karenakan maraknya tuntutan rakyat yang secara objektif mengalami suatu kehidupan yang jauh dari kesejahteraan dan keadilan sosial. Situasi dan kondisi masyarakat kita dewasa ini, menghadapkan kita pada suatu keprihatinan dan sekaligus juga mengundang kita untuk ikut bertanggung jawab atas mozaik Indonesia yang retak, bukan sebagai ukiran yang terukir seindah-indahnya melainkan membelah dan membuka secara perlahan-lahan jahitan busana tanah air, tercabik-cabik dalam kerusakan bahkan sedikit ternodai oleh angkuhnya sebuah peradaban sehingga keindahan yang dilukiskan perlahan-lahan menghilang. Berangkat dari untaian kata tersebut, kini kita dihadapkan oleh masalah besar, yaitu sebuah krisis identitas. Sebuah identitas yang seharusnya menunjukkan ciri khas dan jati diri bangsa kita sebagai suatu kebudayaan Nasional yang mengacu pada Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara. Bhinneka Tunggal ika yang berarti bahwa Berbeda – beda tapi kita tetap satu, satu tujuan yaitu mengarah kedepan demi tercapainya sebuah kesejahteraan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Budi pekerti, sopan santun,kerukuan.toleransi dan solidaritas sosial yang halus kini telah hilang dihanyutakan oleh derasnya arus modernisasi dan globalisasi yang penuh paradoks. Krisis multikultularisme yang sedang melanda masyarakat kita seharusnya mampu menyadarkan kita semua bahwa betapa pentingnya kita memiliki rasa toleransi yang besar dan saling menghargai sebuah perbedaan. Dalam hal ini, seolah – olah mata dan telinga serta hati kita ditutup. Kita hanya berjalan lurus, tanpa memperhatikan sebuah kejadian di sekeliling kita. Dimana generasi penerus bangsa Indonesia ? Apakah kita hanya berperan sebagai penonton ? penonton tanpa kritikan dan hanya mengikuti alurnya saja. Setidaknya, bersatulah untuk mengembalikan identitas bangsa kita. Sebuah identitas alamiah yang ada sejak lahir. Damai dalam setiap perbedaan adalah tujuan terbesar yang harus dicapai sebagai generasi penerus bangsa dalam menjadi sebuah agen dalam perubahan.
Di Indonesia terdapat banyak sekali suku bangsa (kelompok etnis) yaitu 1.300 lebih. Suku bangsa adalah sebuah golongan sosial yang ada sejak lahir dan coraknya sama dengan umur dan jenis kelamin. Suku bangsa juga merupakan kumpulan kerabat (keluarga) yang cukup luas. Mereka percaya bahwa mereka berasal dari keturunan yang sama. Mereka juga merasa sebagai satu golongan. Dalam kehidupan sehari – hari mereka mempunyai bahasa dan adat istiadat tersendiri yang berasal dari nenek moyang mereka. Dalam buku Pancasila dan Kewarganegaraan ada dua teori yang menyatakan bahwa penduduk Indonesia berasal dari darata Cina Selatan, provinsi Yunan sekarang, ada juga teori Nusantara. Menurut teori pertama, suku Yunan datang ke Indonesia secara bergelombang. Yaitu ada dua gelombang yang terpenting. Gelombang pertama terjadi sekitar 3000 tahun yang lalu. Mereka dikenal sebagai rumpun bahasa proto melayu yang tersebar dari Madagaskar hingga pasifik Timur. Mereka bermukim didaerah pantai. Termasuk dalam bangsa melayu tua adalah suku bangsa Batak di Sumatera, Dayak di Kalimantan dan Toraja di Sulawesi. Gelombang kedua terjadi sekitar 2000 tahun yang lalu yang disebut dengan Deutero Melayu (Penduduk Melayu Muda) yang termasuk didalamnya dalah suku bangsa Jawa, Minangkabau, Bali, Makassar, Bugis dan Sunda. Keragaman suku bangsa di Indonesia disebabkan olah perbedaan ras asal, perbedaan lingkungan geografis, perbedaan latar belakang sejarah, perkembangan daerah, perbedaan agama atau kepercayaan kemampuan adaptasi atau menyesuaikan diri.
Dikatakan bahwa perbedaan ras asal adalah salah satu pemicu beragamnya suku bangsa di Indonesia. Ras adalah segolongan manuasia yang memiliki ciri fisik yang sama karena diturunkan, akan tetapi sifat rohaninya tidak diperhitungkan. Ras cenderung terhadap Fisik artinya ciri fisik menentukan ras dari manusia. Hal ini dikarenakan bahwa negara Indonesia adalah sebuah satu kesatuan yang masyarakatnya majemuk dan memiliki kelompok ras yang berbeda. Terdapat beberapa jenis kelompok ras yaitu kelompok ras Papua, kelompok ras negroid, kelompok ras weddoid dan kelompok ras melayu. Selain itu ada pula kelompok warga keturunan Cina (Ras Mongoloid), warga keturunan Arab, Pakistan, India dan sebagainya. Mereka hidup berdampingan dan membaur serta melebur jadi satu menjadi warga negara Indonesia
Agama juga menjadi salah satu pemicu identitas nasional dan menjadi salah satu keragaman bangsa Indonesia. Hubungan antar keagamaan di Indonesia memiliki kontribusi besar bagi terbentuknya identitas keindonesiaan warga negara. Dalam sejarah, Indonesia banyak sekali agama-agama dan kepercayaan yang muncul dan berkembang. Namun, setelah Indonesia merdeka, yakni sejak Pancasila dan UUD 1945 menjadi Dasar Negara, maka fenomena perkembangan agama dan kepercayaan mulai ditata dan mendapatkan perhatian khusu dari pemerintah sehingga lebih menjamin kebebasan yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 Melalui pengesahan, UU no. 1/PNPS/1965 tersebut, maka sejak itu agama yang dipeluk oleh warga negara Indonesia menjadi 5 Agama yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha.
Suku Bangsa, Agama dan Ras di Indonesia memang beragam. Itulah sebanya kita berbeda – beda tapi memiliki satu tujuan. Namun, melihat keadaan saat ini seakan-akan semboyan itu perlahan menghilang. Bahkan terkadang perbedaan suku bangsa, agama maupun ras seolah-olah menjadi pemicu timbulnya perpecahan. Tidak dipungkiri, bahwa perbedaan ras dan agama memperlebar jurang permusuhan antar bangsa. Perbedaan suku dan ras ditambah dengan perbedaan agama menjadi penyebab lebih kuat munculnya perpecahan antar kelompok dalam kehidupan bermasyarakat. Contoh di wilayah Indonesia, yaitu antara suku Aceh dan suku Batak di Sumatera Utara. Suku Aceh yang beragama Islam dan suku Batak yang beragam Kristen, kedua suku itu hampir selalu hidup dalam ketegangan bahkan sering terjadi konflik fisik yang merugikan ketentraman dan keamanan.
Melihat beberapa konflik yang terjadi sudah seharusnya kita sebagai generasi penerus bangsa sekaligus agen dalam perdamaian menyadari bahwa dalam sebuah perbedaan marilah kita tumbuh kembangkangkan budaya saling menghargai dan memiliki rasa toleransi yang besar. Karena pluralisme bukanlah sebuah pemicu terjadinya konflik , tapi justru sebaliknya menjadi perekat dan pemersatu bangsa Indonesia. Bukan hanya itu, dengan menyatukan sebuah perbedaan maka ciri khas dan jati diri bangsa sebagai identitas alamiah akan kembali kedalam konteksnya. Menyatukan sebuah perbedaan memang tidak semudah memabalikkan telapak tangan. Apalagi hal ini menyangkut kehidupan secara umum yaitu kehidupan berbangsa dan bernegara. Tapi saya yakin, ketika kita memiliki rasa cinta tanah air yang besar dan keyakinan disertai dengan realisasi hal itu pasti akan tercapai. Semua butuh proses, cepat atau lambat .ketika suatu bangsa sedang mengalami krisis identitas, maka harus ada upaya sistematis dan konprehensif dari pemerintah (struktural) dengan memperkuat jati diri bangsa melalui pendidikan yang berkarakter yang mengarah pada terbentuknya pembangunan nasional yang mantap serta dapat megakar dalam keseharian hidup warga negara.
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah sebuah Negara yang kaya akan keragaman suku, budaya, agama dan ras. Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup serta bhineka tunggal ika merupakan sebuah acuan untuk mengembangkan penataan kehidupan bangsa Indonesia. Pada dasarnya, memang masyarakat indonesia tumbuh dan berkembang dalam berbagai perbedaan yang ada. Namun, bangsa Indonesia adalah bangsa yang satu. Salah satunya adalah perbedaan suku yang memiliki bahasa yang beragam. Namun, dengan bahasa yang satu yaitu bahasa Indonesia adalah sebuah kebudayaan nasional yang menjadi jembatan atas perbedaan suku. Oleh karena itu, budayakan bahasa Indonesia. Demi tercapainya kesejahteraan yang kekal abadi.
DATA DIRI PENULIS
Nama saya adalah Marwah Gama.Saya lahir di sebuah kabupaten kecil yang berada di Provinsi Sulawesi Selatan tepatnya di kabupaten Pinrang pada tanggal 28 April 1997. Saya lahir dari keluarga yang sederhana namun memiliki kebahagiaan yang luar biasa. Ayah saya bernama LaGama dan ibu saya bernama Syamsia. Saya adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Saat ini saya sedang menempuh kuliah di UIN Alauddin Makassar jurusan Akuntansi semester 3. Menulis adalah hobi utamaku. Organisasi yang pernah saya geluti adalah Komunitas Siswa Akuntansi (KOMISI) dan saat ini pula saya aktif dalam sebuah Forum Kajian Ekonomi Islam (FORKEIS).
marwahgama455@gmail.com
Komentar