Langsung ke konten utama

Mama Dengarkan Aku Part I



"Mama.. Dengarkan Aku"

 “Mama..lihatlah, kini aku bisa mengunjungimu” kataku sambil meneteskan air mata. Kalian perlu tahu bahwa dialah orang yang paling dekat denganku dan tau segalanya tentangku. Bahkan hal terkecil dariku pun ia sangat paham. Tanpa basa basi, ku curahkam semua kisahku kepada mama. “mama, kini aku sudah sarjana. Ribuan ucapan dan do’a mengiringi keberhasilanku. Bahkan kini aku telah di panggil oleh salah satu Perusahaan Swasta yang letaknya tak jauh dari kampusku dulu. Di sana aku menempati posisi yang sangat terpandang, yaitu sebagai sekertaris keuangan. Gaji dan bonus mengalir bagai air jernih ke dalam rekeningku tiap bulan. Aku pun sudah tidak tinggal di perkampungan itu, kini aku sudah bisa membeli sebuah apartemen yang sebagian orang menyebutnya sebaga  istana terindah. Itu adalah hasil jerih payah ku sendiri, di sana aku tinggal berdua dengan ayah. Aku tidak pula bersusah payah untuk berjalan kaki ke sana ke mari bahkan aku tidak perlu lagi duduk berdesak-desakan di halte hanya untuk menanti angkutan umum karena kini aku sudah membeli Mobil di lengkapi dengan supir yang sudah ku sewa. Andai mama tahu, kini hidupku jauh lebih indah dan serasa mimpi yang selalu ku idamkan di hadapan mama dulu kini satu per satu telah terwujud, semua ini karena do’a yang selalu mama panjatkan kepada Yang Maha Kuasa” Namun, tak satu pun kata yang terucap dari mama, ia hanya terdiam. 
“Mama, baikalah akan ku lanjutkan ceritaku, kali ini aku ingin berbagi kebahagiaan cinta dan kasih sayang kepada mama. Setelah 1 tahun aku bekerja sebagai sekertaris keuangan di Perusahaan itu, aku di lamar oleh Direktur Keuangannya. Yah sepertinya dia memang tergila-gila padaku, karena setiap hari kalimat pujianlah selalu terlontar dari bibirnya dalam mengiringi pekerjaanku. Sepertinya, aku juga mulai tertarik dan akhirnya ku terima lamarannya di hadapan ayah. Hingga akhirnya kami melangsungkan akad nikah di Masjid Raya dekat dari apatemenku yang di lanjutkan dengan acara resepsi di sebuah gedung berbintang yang letaknya tak jauh dari rumah pribadi suamiku. Seusai resepsi itu berlangsung, aku tidak lagi tinggal di aparteman yang menjadi istana kesuksesanku, karena kini aku telah tinggal bersama suamiku. Tapi tenang saja, ayah pun ikut tinggal bersama kami. Mama jangan khawatir, meskipun kehidupanku sudah berbeda dan jauh lebih indah, aku tidak akan pernah menjadi orang yang sombong dan tetap ku junjung tinggi ajaran mama tentang sedekah”. Dan lagi, cerita tentang pernikahanku sama sekali tak di tanggapi olahnya.
Aku sama sekali tak bosan berbagi cerita kepada mama, maski dari bibirnya sama sekali tak pernah terdengar sepatah kata pun, namun aku tak pernah bosan berceloteh tentangku di hadapannya. “mama juga harus tau, kini aku sudah punya putri kecil yang berumur 5 tahun, bentuk matanya yang bulat sangat mirip dengan mama, tak hanya itu alis tebal yang ia miliki selalu mengingatkan ku padamu. Aku selalu teringat ketika dulu mama selalu bercerita tentangku katika usiaku sama dengan putriku, engkau selalu mengantarkanku ke sekolah dan tak lupa memberiku sepotong roti yang ku jadikan bekal di sertai dengan sebotol teh manis yang sangat ku sukai. Hal itupun yang selalu ku lakukan kepada putriku sekarang mah. Setiap ia ke sekolah, tak lupa juga ku selipkan sepotong roti di tempat bekalnya ku sertai dengan sebotol susu cokelat. Bahkan di sela kesibukanku, aku rela memanjakan setiap langkahnya. Mama, ketika putriku meneteskan air mata aku berusaha untuk menghapuskannya. Sama seperti mama dulu, ketika aku menangis mama suka menghapus air mataku dan berusaha untuk selalu mebuatku tersenyum. Aku butuh nasehat mama, aku butuh resep tentang cara merawat anak, aku butuh segalanya dari mama.. “ bahkan deraian air mataku pun tak membuat mamaku melontarkan kata dan menjawab semua pertanyaanku.
Ceritaku ku hentikan sejenak, aku tak mampu lagi membendung air mata. Ku biarkan mata ini mengeluarkan derai air yang menjadi penghalang kala ku bercerita. Hingga akhirnya, suamiku datang sambil memegang tangan kiri putri kecilku. Mereka hanya memandangiku sambil menhapus air mataku. Dengan nada suara yang tidak stabil, akan ku coba merangkai cerita akhir yang ingin ku sampaikan kepada mama. “mungkin mama sangat bahagia mendengar cerita kesuksesanku, tapi mama juga perlu tahu, di sini aku di rundung pilu. Betapa tidak, ketika putri kecilku bermur 1 bulan, ayah yang sangat ku sayangi kini telah di panggil oleh yang maha kuasa. Beliau meninggalkan kami di karenakan beliau tak mampu lagi menahan jantungnya yang sering kambuh. Mungkin ini semua akibat rokok yang di konsumsi oleh ayah sangat berlebihan hingga akhirnya kami kehilangan sosok pahlawaan yang telah mengantarkan kesuksesanku hingga aku berumah tangga. Mama, aku rindu. Hingga akhirnya ku pandangi batu nisan yang bertuliskan “ST.Romlah” wafat pada “Rabu,13 Mei 1996” . dan di sampingnya ada batu nisan insan setia, insan sehidup sematimu yaitu ayah bertuliskan “Dodi” wafat pada “Ahad, 21 April 2005”.
Sungguh, hati begitu tercabik dan air mata sulit ku bendung menyaksikan dua batu nisan yang bertuliskan nama ayah dan ibuku. Kedua insan yang sangat berharga, lebih dari segalanya. 

Pinrang, 19 Agustus 2017
*Marwah Gama*





BIODATA PENULIS
Marwah Gama yang biasa di sapa Marwah merupakan mahasiswi semester V jurusan Akuntansi di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Beliau berasal dari Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan. Perempuan kelahiran Pinrang, 28 April 1997 ini sangat gemar mengikuti even-event dalam kepenulisan terutama dalam merangkai sajak. Sebagai penulis, tentunya beliau selalu menyajikan karya-karya terbaiknya dalam beberapa event. Seperti : puisi, cerpen dan essai.
FB : Marwah Gama
Email : marwahgama455@gmail.com
WA : 082 384 132 040

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sendu dalam Sembab

Ma lam telah menggugurkan senja yang begitu indah Padanya; ia hanya berkutip dalam tepian hampa Menyisakan perempuan sendu dalam titisan malang Yang tersisa.... Hanyalah tatapan kosong Perjalanan hampa yang tiada tara Langkahnya terseok seok meniti kebenaran hakiki Menuju pada keabadaian yang suci Padanya; Pilu selalu hadir Sekucur tubuhnya begitu dingin Sendunya; Dia perempuan kuat Berjuang melawan deritanya Berjuang menahan kesakitan kesakitan yang sungguh diluar nalar Karir dan segala masa depannya sedang ia rangkul dengan kerasnnya. Dia perempuan yang masih lemah... Tak ada lagi yang sanggup melihatnya bersedih Tak ada lagi yang ingin menjumpainya dalam kemalangan Tak ada lagi yang mengharapkan tetesan air matanya Emge; 21 .14  

Tanpa Syarat

Hai orang baik. Apa kabar? Aku minta maaf karena pernah melukaimu begitu dalam, Membuatmu tak lagi bertahan dengan kisah yang pernah kita mimpikan untuk berakhir bahagia. Sebenarnya, Masih banyak hal yang belum sempat kuucapkan padamu, namun kita terlanjur dipisahkan oleh keadaan. Orang baik, Terima kasih telah membalas dendam dengan cara menghilangkan jejakmu dari pandanganku. Aku tahu,  Kamu hanya ingin memulihkan hati dengan tidak menampakkan dirimu dihadapanku lagi, aku paham. Satu hal, Jika saja engkau sempat membaca ini, aku sedang tersenyum untukmu. Aku tidak akan mungkin memintamu untuk kembali lagi bersamaku, karena aku masih sangat-sangat sadar diri bagaimana aku pernah membuatmu jatuh sejatuh-jatuhnya dulu. Kamu baik-baik ya, Aku yakin dia yang saat ini mendampingimu adalah pribadi yang jauh lebih baik dariku, meskipun katamu tidak ada orang yang lebih baik dariku. - Agustus, 2021🕊️

Unknown

Yang selalu dinanti kehadirannya.. Yang selalu diharapkan kesuksesannya.. Namun selalu menjadi beban bagi dirinya sendiri.. Enam huruf yang menyatu menjadi satu kata yaitu "SULUNG" Yah... Sulung Kalung yang disematkan dilehernya begitu tebal Beban yang terpikul dipundaknya sungguh berat Pikiran yang menggerogoti jiwanya begitu banyak Hingga kini... Si sulung begitu kritis menilai berbagai kekurangan Sampai suatu saat dia lupa bahwa kita menjajaki dunia yang tak sempurna, di isi oleh orang yang sempurna tetapi dengan entengnya menuntut sebuah kesempurnaan. Everybody's struggling, hardly. So, let's make it easier for one and another. Sulung, sindrom, dan bungsu adalah anugerah terindah dari sang Khaliq. Peran dan tugas dengan porsi yang sama.. di junjung sama-sama... 22.04 M.G